Selasa, 29 November 2016

Dimensi Pendidikan IPS


BAB 1

PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara (Ismail, 2008, hal.1).

Fungsi IPS dalam pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, pengajaran IPS memegang peranan yang penting karena harus mempersiapkan anak didik untuk mengerti tentang peranannya, memahami hak dan kewajibannya, serta tanggung jawab sebagai warga Negara Indonesia. Anak didik kita perlu ambil bagian secara aktif dalam kehidupannya, dia buakanlah warga Negara yang pasif yang tidak memahami masalah-masalah dilingkungannya, dan bukan pula warga Negara yang tidak mau tahu persoalan bangsanya, serta tidak mau terlibat dalam usaha memecahkan persoalan-persolan tersebut. 
Program pendidikan IPS yang komprehensif  adalah program yang mencakup empat dimensi yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skills), dimensi nilai dan sikap (values and attitudes), dan dimensi tindakan (action). Pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup : 1. Fakta, 2. Konsep dan 3,Generalisasi yang dipahami peserta didik. Dimilikinya keterampilan belajar untuk belajar oleh peserta didik, dengan sendirinya akan dikuasai sejumlah aspek lain, termasuk keterampilan untuk hidup. Nilai yang ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat. Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan peserta didik menjadi perta didik yang aktif. 





B.                 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana dimensi pengetahuan dalam dalam pendidikan IPS?

2.      Bagaimana dimensi nilai dalam pendidikan IPS?

3.      Apa sajakah dimensi  keterampilan yang harus dikuasai dalam pendidikan IPS?





C.                Tujuan

1.      Mengetahui dan memahami bagaimana dimensi pengetahuan dalam pendidikan IPS.

2.      Mengetahui dan memahami bagaimana dimensi nilai dalam pendidikan IPS.

3.      Mengetahui  dan memahami berbagai keterampilan  dalam pendidikan IPS.



D.                Manfaat

Agar mahasiswa sebagai calon pendidik dapat mengetahui dan memahami bagaimana dimensi pengetahuan, nilai, dan keterampilan dan pendidikan IPS dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan maupun dalam proses pengajaran peserta didik. Selain itu, setelah mahasiswa mampu memahami berbagai dimensi diatas diharapkan mampu menjadi seorang yang dapat membawa perubahan dalam dunia pendidikan dan pengajaran ke arah yang lebih baik. 























BAB II

PEMBAHASAN

Dimensi dalam pendidikan IPS

1.      Dimensi Pengetahuan (Knowledge)

Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual , pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup :

(1)   Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami oleh siswa.

Menurut Sapriya (2009:49) menyatakan bahwa Fakta adalah data yang spesifik tentang siswa ,objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan sisiwa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya. Jadi, fakta merupakan kejadian khusus dari peristiwa atau benda yang pada akhirnya menjadi bahan mentah atau menjadi observasi oleh ilmuan pengetahuan sosial.

Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Namun, konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Banyak konsep yang terkait dengan lebih dari satu disipilin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak disiplin ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut bergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah, misalnya konsep “keluarga” dapat diambil dari sejarah, antropologi, sosiologi, bahkan ekonomi. Demikian pula konsep “pariwisata” dapat diperoleh dari disiplin geografi, sosiologi, sejarah, bahkan politik.

Konsep yang dibentuk secara multidisiplin, seperti multikultural, lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi, berasal dari konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya kepedulian dan persepsi sosial serta munculnya permasalahan sosial uang semakin kompleks. Hal ini dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikankonsep-konsep IPS.

Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Misalnya,

§  Apabila orang tidak mau memelihara hewan peliharaannya, maka hewan tersebut pasti mati.

§  Memelihara hewan peliharaan dapat berakibat bagi orang lain disamping bagi pemiliknya sendiri.

Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh para siswa dengan bimbingan guru. Misalnya , bagi anak-anak siswa kelas rendah rumusan generalisasi disesuaikan dengan konsep dan tingkat kemampuan berpikir: “semakin bertambah usia seseorang, semakin berbeda dalam kemampuan bekerja”; “perubahan dalam teknologi dapat mengakibatkan perubahan yang tidak diperkirakan, mungkin baik atau buruk”. Hubungan antara generalisasi dan fakta bersifat dinamis. Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk mengkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, para siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan sebelumnya.

2.      Dimensi Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS

Pada hakikatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Menurut kuperman dalam (Mulyana R,2011:9) mengemukakan bahwa nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Pendapat lain mengatakan nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai substantive dan nilai prosedural.

a.      Nilai Substantif



Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang yang umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang suatu hal. Dalam mempelajari nilai substantif, para peserta didik perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, peserta didik perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut. Manfaat dari belajar nilai substantif adalah peserta didik akan menyatakan bahwa dirinya meiliki nilai tertentu.



b.      Nilai prosedural

Peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dikelas. Nilai-nilai procedural yang perlu dilatih atau diajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai-nilai yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: roleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi peserta didik secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka peserta didik perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.

Selain itu, nilai dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu nila-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving).

·         Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi, disipliin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian.

·         Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati (Linda dalam Elmubarok,2009:7).

Selain pentingnya mengetahui dan memahami mengenai dimensi nilai, kita juga perlu memahami sikap. Dalam memberikan definisi tentang sikap, para ahli banyak terjadi perbedaan. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu sendiri. Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang psikologi sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus dan umum, berkaitan dengan control terhadap respon pada keadaan tertentu (Young dalam Elmubarok,2009:45).

Berkowitz dalam (Azwar,2012:5) mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidk memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Nilai bersifat lebih mendasar dan stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluatif dan berakar pada nilai yang dianut dan terbenyuk dalam kaitannya dengan suatu objek, sedangkan opini merupakan sikap yang lebih spesifik yang sangat situasional serta lebih mudah berubah (Azwar,2012:9). Nilai yang ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat. Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS dikelas.

3.      Dimensi Keterampilan (Skills)

Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi secara  cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.

§  Keterampilan meneliti

§  Keterampilan berpikir

§  Keterampilan partisipasi sosial

§  Keterampilan berkomunikasi

Semua keterampilan dalam pembelajaran IPS ini sangat penting dan sangat diperlukan dan akan memberikan kontribusi dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran IPS.

a)      Keterampilan meneliti

Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Tentu banyak definisi atau pengertian penelitian. Namun, secara umum penelitian mencakup sejumlah aktivitas sebagai berikut .

·         Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu

·         Mengumpulkan dan mengolah data

·         Menafsirkan data

·         Menganalisis data

·         Menilai bukti-bukti yang ditemukan

·         Menyimpulkan

·         Menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda

·         Membuat pertimbangan nilai



b)     Keterampilan berpikir

Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir pada diri siswa, perlu ada penguasaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berpikir tersebut serta melatihnya di kelas. Misalnya, seperti apa keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif? Bagaiman melatih keterampilan  berpikir kritis dan berpikir kreatif bagi siswa? Jenis keterampilan berfikir ini dapat membantu para siswa dalam proses pembelajaran aktif di kelas. Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi :

·         Mengkaji dan menilai data secara kritis

·         Merencanakan

·         Merumuskan faktor sebab dan akibat

·         Memprediksi hasil dari suatu kegiatan atau peristiwa

·         Menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan

·         Curah pendapat (brainstorming)

·         Berspekulasi tentang masa depan

·         Menyarankan berbagai solusi alternative

·         Mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda.



c)      Keterampilan partisipasi sosial

Dalam belajar IPS, siswa perlu diajarkan bagaimana berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Keahlian bekerja sama  dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang menggantungkan hidup melaui kelompok. Beberapa keterampilan partisipasi sosial yang perlu diajarkan oleh guru meliputi:

·         Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain

·         Menunjukan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain

·         Berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain

·         Berbuat efektif sebagai anggota kelompok

·         Mengambil berbagai peran kelompok

·         Menerima kritik dan saran

·         Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan.



d)     Keterampilan berkomunikasi

            Pembelajaran merupakan pembelajran untuk mendewasakan seorang anak manusia. Salah satu ciri seorang yang dewasa adalah mereka yang mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi yang paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik.

4.      Dimensi tindakan dalam pendidikan IPS

Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan peserta didik menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat belajar berlatih secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas dengan apa yang dilakukan dan bagaimana caranya, para peserta didik belajar menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat (Huriah,2014:128).

Werner dan pefleur dalam (Elmubarok, 2009:51) mengemukakan tiga postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku yaitu postulat of consistency, postulat of independent, dan  postulate of contigent consistency.

·         Postulat Konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberikan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumsikan adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku.

·         Postulat Variasi Independen mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku, karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah, dan berbeda.

·         Postulat Konsistensi Kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya.



Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu (Azwar,2012,hal.18).

Sebaliknya jika individu megalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam mengatakan sikap yang sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin sejalan dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan, semakin kompleks situasinya dan semakin dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah memprediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator (Azwar dalam Elmubarok,2009:52). 

Dimensi tindakan sosial dapat diajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum IPS. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas sebagai berikut .

§  Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara bernegosiasi dan bekerja sama. Misalnya, siswa usia 5 tahun bercurah pendapat dengan gurunya tentang tempat-tempat piknik apa saja sebagai alternatif dan mana yang akan dipilih.

§  Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, misalnya dengan kelompok masyarakat pecinta lingkungan , masyarakat perajin, masyarakat petani, pedagang dan melakukan survey , pengamatan, serta wawancara dengan pedagang di pasar tradisional.

§  Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas , khusunya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri (Sapriya, 2009:56 ).















BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan



        Program pendidikan IPS yang komprehensif mencakup empat dimensi yaitu:

1.      Dimensi pengetahuan (knowledge) mencakup konsep, fakta, dan generalisasi

2.      Dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) terdiri dari nilai substantif dan nilai procedural

3.       Dimensi keterampilan (skills) mencakup keterampilan meneliti, keterampilan berfikir, keterampilan partisipasi sosial, dan keterampilan berkomunikasi

4.      Dimensi tindakan (action) merupakan dimensi PIPS yang sangat penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif.



3.2  Saran

Sebagai Penulis, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif (membangun)  dari pembaca sangat saya  harapkan agar penyusunan makalah ini bisa mencapai kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya.























DAFTAR PUSTAKA



Sapriya. (2009) . pendidikan IPS konsep dan pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Rachmah,H. (2014). Pengembangan profesi pendidikan IPS. Bandung: ALFABETA  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar