BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara
(Ismail, 2008, hal.1).
Fungsi IPS dalam pendidikan yaitu
membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa
depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan
tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, pengajaran IPS memegang peranan yang
penting karena harus mempersiapkan anak didik untuk mengerti tentang
peranannya, memahami hak dan kewajibannya, serta tanggung jawab sebagai warga
Negara Indonesia. Anak didik kita perlu ambil bagian secara aktif dalam
kehidupannya, dia buakanlah warga Negara yang pasif yang tidak memahami
masalah-masalah dilingkungannya, dan bukan pula warga Negara yang tidak mau
tahu persoalan bangsanya, serta tidak mau terlibat dalam usaha memecahkan
persoalan-persolan tersebut.
Program pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi
yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skills), dimensi
nilai dan sikap (values and attitudes), dan dimensi tindakan (action).
Pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup : 1. Fakta, 2. Konsep dan
3,Generalisasi yang dipahami peserta didik. Dimilikinya keterampilan belajar
untuk belajar oleh peserta didik, dengan sendirinya akan dikuasai sejumlah
aspek lain, termasuk keterampilan untuk hidup. Nilai yang ada di masyarakat
sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat. Tindakan
sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan
peserta didik menjadi perta didik yang aktif.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana dimensi pengetahuan dalam
dalam pendidikan IPS?
2. Bagaimana dimensi nilai dalam
pendidikan IPS?
3. Apa sajakah dimensi keterampilan yang harus dikuasai dalam
pendidikan IPS?
C.
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bagaimana
dimensi pengetahuan dalam pendidikan IPS.
2. Mengetahui dan memahami bagaimana
dimensi nilai dalam pendidikan IPS.
3. Mengetahui dan memahami berbagai keterampilan dalam pendidikan IPS.
D.
Manfaat
Agar mahasiswa sebagai calon
pendidik dapat mengetahui dan memahami bagaimana dimensi pengetahuan, nilai,
dan keterampilan dan pendidikan IPS dan mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan maupun dalam proses pengajaran peserta didik. Selain itu, setelah
mahasiswa mampu memahami berbagai dimensi diatas diharapkan mampu menjadi
seorang yang dapat membawa perubahan dalam dunia pendidikan dan pengajaran ke
arah yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Dimensi
dalam pendidikan IPS
1.
Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawasan
tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa
pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu.
Ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup
keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual ,
pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup :
(1) Fakta; (2) Konsep; dan (3)
generalisasi yang dipahami oleh siswa.
Menurut Sapriya (2009:49) menyatakan
bahwa Fakta adalah data yang spesifik tentang siswa ,objek, orang, dan hal-hal
yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan sisiwa dapat
mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya. Jadi,
fakta merupakan kejadian khusus dari peristiwa atau benda yang pada akhirnya
menjadi bahan mentah atau menjadi observasi oleh ilmuan pengetahuan sosial.
Konsep merupakan kata-kata atau
frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta
yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi
label. Namun, konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman
siswa. Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari
disiplin ilmu-ilmu sosial. Banyak konsep yang terkait dengan lebih dari satu
disipilin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak disiplin ilmu
sosial. Konsep-konsep tersebut bergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah,
misalnya konsep “keluarga” dapat diambil dari sejarah, antropologi, sosiologi,
bahkan ekonomi. Demikian pula konsep “pariwisata” dapat diperoleh dari disiplin
geografi, sosiologi, sejarah, bahkan politik.
Konsep yang dibentuk secara
multidisiplin, seperti multikultural, lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan
globalisasi, berasal dari konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya
bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya kepedulian dan persepsi
sosial serta munculnya permasalahan sosial uang semakin kompleks. Hal ini
dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikankonsep-konsep IPS.
Generalisasi merupakan suatu
ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait.
Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa. Misalnya,
§ Apabila orang tidak mau memelihara
hewan peliharaannya, maka hewan tersebut pasti mati.
§ Memelihara hewan peliharaan dapat
berakibat bagi orang lain disamping bagi pemiliknya sendiri.
Pengembangan konsep dan generalisasi
adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup
bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan
tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh para siswa dengan bimbingan
guru. Misalnya , bagi anak-anak siswa kelas rendah rumusan generalisasi
disesuaikan dengan konsep dan tingkat kemampuan berpikir: “semakin bertambah
usia seseorang, semakin berbeda dalam kemampuan bekerja”; “perubahan dalam
teknologi dapat mengakibatkan perubahan yang tidak diperkirakan, mungkin baik
atau buruk”. Hubungan antara generalisasi dan fakta bersifat dinamis.
Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan
generalisasi merupakan cara yang baik untuk mengkondisikan terjadinya proses
belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, para siswa dapat mengubah dan
memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan sebelumnya.
2.
Dimensi Nilai dan Sikap dalam
Pembelajaran IPS
Pada
hakikatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Menurut kuperman dalam
(Mulyana R,2011:9) mengemukakan bahwa nilai adalah patokan normative yang
mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan
alternatif. Pendapat lain mengatakan nilai yang dimaksud disini adalah
seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri
seseorang atau kelompok tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Agar ada
kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas
nilai substantive dan nilai prosedural.
a.
Nilai Substantif
Nilai
substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang yang umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan
keyakinannya tentang suatu hal. Dalam mempelajari nilai substantif, para
peserta didik perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan
untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, peserta
didik perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu
mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut. Manfaat dari
belajar nilai substantif adalah peserta didik akan menyatakan bahwa dirinya
meiliki nilai tertentu.
b.
Nilai prosedural
Peran guru
dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih siswa sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran dikelas. Nilai-nilai procedural yang perlu dilatih
atau diajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati
kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan
nilai-nilai yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: roleran terhadap
pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati
pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi
peserta didik secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam, maka peserta didik perlu mengenal dan berlatih
menerapkan nilai-nilai tersebut.
Selain itu, nilai dapat dibagi dalam
dua kelompok, yaitu nila-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi
(values of giving).
·
Nilai-nilai
nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi
perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam
nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi,
disipliin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian.
·
Nilai-nilai
memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan
diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk nilai-nilai memberi adalah
setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik
hati, ramah, adil dan murah hati (Linda dalam Elmubarok,2009:7).
Selain pentingnya mengetahui dan
memahami mengenai dimensi nilai, kita juga perlu memahami sikap. Dalam
memberikan definisi tentang sikap, para ahli banyak terjadi perbedaan. Hal ini
dikarenakan sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu sendiri. Studi
mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang psikologi sosial.
Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan berbagai macam pengertian
diantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat
untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan
digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus dan umum, berkaitan
dengan control terhadap respon pada keadaan tertentu (Young dalam
Elmubarok,2009:45).
Berkowitz dalam (Azwar,2012:5)
mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidk
memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Nilai bersifat lebih mendasar dan
stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluatif dan
berakar pada nilai yang dianut dan terbenyuk dalam kaitannya dengan suatu
objek, sedangkan opini merupakan sikap yang lebih spesifik yang sangat
situasional serta lebih mudah berubah (Azwar,2012:9). Nilai yang ada di
masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok
masyarakat. Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi
guru dalam pembelajaran IPS dikelas.
3.
Dimensi Keterampilan (Skills)
Pendidikan
IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi
pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan
yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang mampu
berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat
demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan sejumlah keterampilan yang
diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.
§ Keterampilan meneliti
§ Keterampilan berpikir
§ Keterampilan partisipasi sosial
§ Keterampilan berkomunikasi
Semua
keterampilan dalam pembelajaran IPS ini sangat penting dan sangat diperlukan
dan akan memberikan kontribusi dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama
dalam pembelajaran IPS.
a)
Keterampilan meneliti
Keterampilan
ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Tentu banyak definisi atau
pengertian penelitian. Namun, secara umum penelitian mencakup sejumlah
aktivitas sebagai berikut .
·
Mengidentifikasi
dan mengungkapkan masalah atau isu
·
Mengumpulkan
dan mengolah data
·
Menafsirkan
data
·
Menganalisis
data
·
Menilai
bukti-bukti yang ditemukan
·
Menyimpulkan
·
Menerapkan
hasil temuan dalam konteks yang berbeda
·
Membuat
pertimbangan nilai
b)
Keterampilan berpikir
Sejumlah
keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi
dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan keterampilan
berpikir pada diri siswa, perlu ada penguasaan terhadap bagian-bagian yang
lebih khusus dari keterampilan berpikir tersebut serta melatihnya di kelas.
Misalnya, seperti apa keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif? Bagaiman
melatih keterampilan berpikir kritis dan
berpikir kreatif bagi siswa? Jenis keterampilan berfikir ini dapat membantu
para siswa dalam proses pembelajaran aktif di kelas. Beberapa keterampilan
berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi :
·
Mengkaji
dan menilai data secara kritis
·
Merencanakan
·
Merumuskan
faktor sebab dan akibat
·
Memprediksi
hasil dari suatu kegiatan atau peristiwa
·
Menyarankan
apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
·
Curah
pendapat (brainstorming)
·
Berspekulasi
tentang masa depan
·
Menyarankan
berbagai solusi alternative
·
Mengajukan
pendapat dari perspektif yang berbeda.
c)
Keterampilan partisipasi sosial
Dalam
belajar IPS, siswa perlu diajarkan bagaimana berinteraksi dan bekerja sama
dengan orang lain. Keahlian bekerja sama
dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat
begitu banyak orang menggantungkan hidup melaui kelompok. Beberapa keterampilan
partisipasi sosial yang perlu diajarkan oleh guru meliputi:
·
Mengidentifikasi
akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
·
Menunjukan
rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
·
Berbagi
tugas dan pekerjaan dengan orang lain
·
Berbuat
efektif sebagai anggota kelompok
·
Mengambil
berbagai peran kelompok
·
Menerima
kritik dan saran
·
Menyesuaikan
kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan.
d)
Keterampilan berkomunikasi
Pembelajaran merupakan pembelajran
untuk mendewasakan seorang anak manusia. Salah satu ciri seorang yang dewasa
adalah mereka yang mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang
penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap
siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaannya
secara jelas, efektif, dan kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah
menjadi alat berkomunikasi yang paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong
para siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam
film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukan, foto, bahkan dalam bentuk
peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang
baik.
4.
Dimensi tindakan dalam pendidikan IPS
Tindakan
sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan
peserta didik menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat belajar
berlatih secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan
terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas dengan apa
yang dilakukan dan bagaimana caranya, para peserta didik belajar menjadi warga
Negara yang efektif di masyarakat (Huriah,2014:128).
Werner dan
pefleur dalam (Elmubarok, 2009:51) mengemukakan tiga postulat guna
mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku yaitu postulat of consistency, postulat of
independent, dan postulate of contigent consistency.
·
Postulat
Konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberikan petunjuk yang cukup akurat
untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada
suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumsikan adanya hubungan langsung
antara sikap dan perilaku.
·
Postulat
Variasi Independen mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat
memprediksi perilaku, karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam
diri individu yang berdiri sendiri, terpisah, dan berbeda.
·
Postulat
Konsistensi Kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat
ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan,
keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang
dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana
prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu
dan dari satu situasi ke situasi lainnya.
Apabila
individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk
tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat
diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditampakkannya merupakan ekspresi
sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam diri
individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang
sesungguhnya terhadap sesuatu (Azwar,2012,hal.18).
Sebaliknya
jika individu megalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu
kebebasannya dalam mengatakan sikap yang sesungguhnya atau bila individu
merasakan ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat
pernyataan sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh
individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin sejalan
dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang
dipegangnya sebagai suatu keyakinan, semakin kompleks situasinya dan semakin
dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka
semakin sulitlah memprediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya
sebagai indikator (Azwar dalam Elmubarok,2009:52).
Dimensi
tindakan sosial dapat diajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas
kurikulum IPS. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran IPS meliputi tiga
model aktivitas sebagai berikut .
§ Percontohan kegiatan dalam
memecahkan masalah di kelas seperti cara bernegosiasi dan bekerja sama.
Misalnya, siswa usia 5 tahun bercurah pendapat dengan gurunya tentang
tempat-tempat piknik apa saja sebagai alternatif dan mana yang akan dipilih.
§ Berkomunikasi dengan anggota
masyarakat dapat diciptakan, misalnya dengan kelompok masyarakat pecinta
lingkungan , masyarakat perajin, masyarakat petani, pedagang dan melakukan
survey , pengamatan, serta wawancara dengan pedagang di pasar tradisional.
§ Pengambilan keputusan dapat menjadi
bagian kegiatan kelas , khusunya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri
(Sapriya, 2009:56 ).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program
pendidikan IPS yang komprehensif mencakup empat dimensi yaitu:
1.
Dimensi
pengetahuan (knowledge) mencakup konsep, fakta, dan generalisasi
2.
Dimensi
nilai dan sikap (values and attitudes) terdiri dari nilai substantif dan nilai
procedural
3. Dimensi keterampilan (skills) mencakup
keterampilan meneliti, keterampilan berfikir, keterampilan partisipasi sosial,
dan keterampilan berkomunikasi
4.
Dimensi
tindakan (action) merupakan dimensi PIPS yang sangat penting karena tindakan
dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif.
3.2 Saran
Sebagai
Penulis, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran yang konstruktif (membangun) dari pembaca sangat saya harapkan agar penyusunan makalah ini bisa
mencapai kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sapriya.
(2009) . pendidikan IPS konsep dan
pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Rachmah,H.
(2014). Pengembangan profesi pendidikan
IPS. Bandung: ALFABETA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar