1.1.
Latar Belakang
Kawasan pedesaan merupakan kawasan yang
memiliki kegiatan utama pertanian, pengelolaan sumber daya alam, kawasan
sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di lingkungan pedesaan
pastinya memiliki latar bekang kebudayaan dan penanaman nilai-nilai yang
berbeda begitu pula dalam hal pencarian pola nafkah. Masyarakat desa memiliki
kecenderungan sikap yang bergantung pada alam. Begitu pela dengan masyarakat
desa yang tinggal di Desa Citorek Timur yang sebagian besar mereka adalah
bermata pencaharian di sektor agraris yakni sebagai petani. Namun selain itu
ada pula yang berdagang, peternak ikan, pelayanan jasa bahkan pertambangan emas
tetapi persentasenya tak sebesar petani.
Desa Citorek Timur yang merupakan wilayah
kasepuhan, dalam segala aktifitas kemasyarakatan seperti dalam hal pola nafkah
selalu ada campur tangan dari pihak kasepuhan. Desa Citorek Timur adalah Desa
adat yang masih menjalankan hukum-hukum adat. Namun dewasa ini, ekonomi uang
sudah masuk kedalam pedesaan sehingga ekonomi masyarakat meningkat pesat bahkan
menimbulkan perilaku konsumtif. Strategi pola nafkah di Desa Citorek Timur
sangat menentukan keadaan dan kemampuan perekomian keluarga, bahkan tingkatan
sosialnya. Dalam rangka mencari nafkah untuk peningkatan ekonomi, masyarakat
Desa Citorek Timur memiliki peranan masing-masing dalam pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja tersebut dijalankan berdasarkan
kebudayaan dan nilai-nilai masyarakat Citorek yang sudah berjalan sejak dulu.
Pandangan umum diatas tentunya cukup menarik
untuk dibahas. Oleh karena itu, kajian ini berupaya untuk memaparkan bentuk
strategi pola nafkah serta pembagian kerja yang berlaku pada masyarakat adat
Desa Citorek Timur.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagimana
Strategi Pola Nafkah pada Masyarakat Desa Citorek Timur?
2. Bagaimana
Pembagian kerja antara Laki-laki dan Perempuan Desa Citorek Timur?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk
Menjelaskan Strategi Pola Nafkah yang Diterapkan pada Masyarakat Desa Citorek
Timur.
2. Untuk
Menjelaskan Pembagian Kerja antara Laki-laki dan Perempuan Desa Citorek Timur
1.4.
Manfaat
Adapun
manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar
Mengetahui Strategi Pola Nafkah yang Diterapkan pada Masyarakat Desa Citorek
Timur.
2. Agar
Mengetahui Pembagian Kerja antara Laki-laki dan Perempuan Desa Citorek Timur
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pola Nafkah
Perekonomian merupakan hal yang penting dan
berbengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk menciptakan
kesejahteraan tersebut masyarakat khususnya masyarakat Desa Citorek Timur berupaya
memenuhi kebutuhannya dengan menerapkan strategi nafkah yang dijalankan
berdasarkan nilai-nilai dan kebudayaan masyarat itu sendiri. Strategi nafkah
merupakan cara yang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Dalam
menjalankan strategi tersebut. Masyarakat pedesaan khususnya Desa Citorek Timur
dalam memenuhi kebutuhannya memiliki perbedaan dan kekhasan dengan Desa pada
umumnya.
Konsep
mata pencaharian (livelihood) dan strategi nafkah (livelihood strategis)
didefinisikan oleh chambers dalam nurmalinda 2002 sebagai realitas jaminan
hidup seseorang atau Negara untuk memanfaatkan segenap kemampuan dan
tuntutannya serta kekayaan yang dimilikinya.
Scones (1998) menggolongkan strategi nafkah petani setidaknya menjadi tiga
golongan besar dan salah satu bahasannya adalah pola nafkah ganda yang
merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain sektor
pertanian untuk menambah pendapatan.
Menurut ungkapan Scones tersebut dapat
dibenarkan bahwa pola nafkah ganda merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mencari pekerjaan lain selain sektor pertanian untuk menambah pendapatan. Pada
masyarakat Citorek sebagian besar masyarakat memegang nafkah ganda dimana
masyarakat tidak hanya menggeluti sektor pertanian padi saja akan tetapi
bekerja pula pada sektor lain seperti budidaya ikan mas, berwiraswasta,
pelayanan jasa, bahkan pertambangan emas.
Dalam strategi nafkahnya masyarakat Desa
Citorek Timur mengalami beberapa perubahan akibat arus modernisasi yang sudah
menasuki wilayah pedesaan tak terkecuali Desa Citorek Timur. Namun masih ada
strategi nafkah yang masih tetap bertahan dan tetap terjaga keeksistensiannya dkarenakan
merupakan potensi utama masyarakat Desa Citorek Timur seperti Pertanian padi.
Untuk lebih memahami mengenai berbagai strategi nafkah yang diterapkan
masyarakat Citorek Timur, kami akan memaparkankannya sebagai berikut.
2.1.1 pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan
sumber
daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan,
bahan baku industri,
atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan
hidupnya.[1] Pertanian merupakan pola
nafkah utama yang diterapkan pada masyarakat Citorek Timur karena itu merupakan
tradisi dari leluhur dimana mereka meyakini “ibu bumi, bapak langit, tanah ratu” yang artinya bumi adalah induk
kehidupan yang harus dihormati, dijaga, dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Bapak
langit artinya dimana langit sebagai pencurah hujan yang dapat menyuburkan bumi
dan tanahlah yang akan menjadi tempat sumber kehidupan manusia, dalam hal ini
seperti padi dan sayur-sayuran yang tumbuh subur di Desa Citorek. Kebanyakan
lahan yang berada di Desa Citorek adalah sawah, Maka dari itu, mereka
mengembangkan sektor pertanian terutama padi. Hal itu disebabkan karena menurut
mereka padi merupakan sumber penghidupan masyarakat di sana.
Selain
padi ada juga beberapa masyarakat yang menanam sayuran di lahan mereka seperti
terong, cabai, kacang kedelai, dan sebagainya. Namun, karena kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap sektor pertanian sehingga tanaman padi menjadi
tanaman utama dalam sektor pertanian.
Pertanian
padi di Desa Citorek Timur hanyadilakkukan setun sekali karena tradisi yang
dianut. Sebelum masyarakat mengolah sawahnya masing-masing meraka mendahulukan
tandur di sawah tangtu hal tersebut merupakan tradisi yang terus di pertahankan
oleh mayarakat desa citorek timur sejak dahulu. Padi yang dihasilkan masyarakat
Desa Citorek terdapat dua jenis yakni pare
asli dan pare ketan. Dimana pare asli itu ada beberapa macam. Yaitu pare seksek, pare kewal, pare cere, dan pare bandung. Padi yang dihasilkan
masyarakat setiap panen selalu melimpah dan saat panen masyarakat menggunakan
sistem ngetem. Tradisi ngetem tetap di pertahankan sampai
sekarang karena tradisi walaupun panen menggunakan sistem tersebut memakan
waktu yang lebih lama dibanding menggunakan arit
atau mesin perontok. Karena hasil panen yang dihasilkan masyarakat Desa
Citorek melimpah maka membuat masyarakat berkecukupan atas bahan pangan dan
tidak jarang pula yang menjual hasil panennya berupa beras ke masyarakat luar
Citorek khususnya Citorek Timur.
Selain
pertanian padi, belakangan ini mulai banyak masyarakat yang menanam cengkeh
karena selain tanah di Desa Citorek subur alasan lain karena hasilnya terhitung
menjanjikan. Karena untuk menanam cengkeh dibutuhkan tanah yang subur dan
ditempat dataran tinggi(pegunungan) maka cengkeh cocok di tanam di tanah
Citorek.
Selain
menanam padi dan cengkeh masyarakat Citorek Timur juga menanam sayur-sayuran
seperti terong, timun, ubi dan kacang panjang. Tanah yang subur membuat sektor
pertanian di Desa Citorek Timur tetap eksis dan menghasilkan produk-produk
pertanian yang berkualitas.
2.1.2 Perternakan
Peternakan
merupakan suatu kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari
kegiatan tersebut. Kegiatan peternakan di Desa Citorek Timur umumnya adalah peternakan
ayam dan kambing. Namun di sana lebih mengutamakan budi daya ikan mas. Masyarakat di sana
mengembangkan ikan mas guna mendorong swasembada pangan karena memang sarana
dan prasarana di sana memadai untuk beternak ikan mas. Mereka yakin dengan
membudi dayakan ikan emas dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat
karena harganya yang menjulang tinggi, terbukti dari bentuk ikan mas di sana
yang berbadan besar dan warna-warna badannya yang menarik menambah kesegaran
dari ikan emas tersebut. Ikan emas tersebut dijual dengan sangat mahal hingga
mencapai jutaan rupiah karena bentuknya yang super besar.
Dalam
mengembangbiakkan ikan emas tersebut, masyarakat di sana sangat antusias dan
membudi dayakannya dengan sangat baik hingga memperhatikan setiap detail dalam
menjaganya karena perah ada suatu kasus pencurian ikan mas dan hal itu
menjadikan masyarakat resah sehingga mengadakan ronda untuk menjaga ikan mas
tersebut.
Wewengkon
adat kasepuhan Citorek khususnya Citorek Timur dikelilingi oleh aliran Sungai Citorek dan Sungai Cimadur. Sungai
tersebut sebagai sumber kehidupan masyarakat Citorek baik digunakan untuk
mengairi sawah maupun membesarkan ikan mas. Pembesaran ikan mas sudah dilakukan
sejak tahun 1990-an. Awalnya bermula dikembangkan di sawah-sawah disaat padi
masyarakat sudah tidak ditanami lagi.
Di
wilayah Wewengkon Adat Kasepuhan Citorek menanam padi dilakukan satu tahun
sekali. Setelah itu, sawah masyarakat dimanfaatkan untuk membudidayakan dan
pembesaran ikan mas. Memasuki masa tanam padi, masyarakat memanenkan di sawah
yang nantinya akan ditanami padi lagi. Sebagian masyarakat mengkonsumsi ikan
hasil panen untuk kebutuhan pribadi atau keluarga, sebagian menjualnya ke pasar
atau kepada konsumen yang membutuhkan ikan. Sebagian lagi, masyarakat
membudidayakan atau membesarkan ikan mas di dalam “rangkeng” ikan mas.
Rangkeng
adalah sarana yang terbuat dari kayu atau bambu, berbentuk menyerupai kolam
ikan kecil yang berada di aliran sungai, berfungsi sebagai tempat untuk menjaga
ikan agar tidak terbawa arus sungai. Rangkeng inilah yang dari dulu hingga
sekarang masih dikembangkan sebagai tempat budi daya ikan mas. Sudah
bertahun-tahun bahkan puluhan tahun ikan-ikan yang ada di sawah Citorek tumbuh
besar dan ikan hidup sehat dialiran sungai. Sungai tersebut selalu terairi
meski musim kemarau pun menghampiri. Bahkan bagi pecinta hobi ikan harga
perekor ikan mas yang berbadan besar di wilayah Citorek berkisar RP. 2.000.000
– 5.000.000 untuk ukuran 7-10 kg perekor. Konsumen yang sering membeli ikan mas
yaitu di wilayah luar Banten yakni daerah Bogor, Jawa Barat. Hampir setiap
tahun dari luar daerah membeli ikan ke wilayah Citorek. Saat ini, hampir
sebagian masyarakat Citorek mempunyai rangkeng ikan mas di wilayah aliran
sungai Cimadur. Ada yang mengembangkan ikan mas sebagai hobi, ada pula yang
mengembangkan ikan mas sebagai nilai usaha ekonomi untuk menambah penghasilan
masyarakat. di sisi lain juga keberadaan rangkeng ikan mas membawa dampak
positif bagi kelestarian lingkungan aliran sungai. Aliran sungai dapat terjaga
dengan baik, dan ikan masyarakat pun hidup sehat.
2.1.3 pertambangan
emas
Emas
adalah logam mulia berwarna kuning berkilau yg bernilai jual tinggi dan sangat
langka keberadaannya, Di desa Citorek, Kita bisa menemukan tambang emas dan
kegiatan pertambangan di Citorek sudah berjalan lebih dari 10 tahun lamanya,
harga emas yang memiliki nilai jual tinggi tampaknya cukup menggiurkan sehingga
sangat banyak masyarakat citorek yg beralih profesi menjadi penambang emas dan
membuat citorek menjadi desa adat yg bisa dibilang cukup maju karena didukung
oleh perekonomian sebagian masyarakatnya yg menengah keatas.
Namun, ditengah merebaknya
pertambangan emas, tampaknya cukup banyak dampak negatif yang timbul karena
disebabkan adanya pertambangan emas tersebut, peralihan profesi masyarakat yang
mulai meninggalkan pertaninan, mulai banyak bangunan permanen berbahan semen,
dan dampak lingkungan dari bahan kimia yang mencemari tanah dan sungai,
tampaknya akan menimbulkan suatu masalah yang cukup besar kelak. seperti yang
kita ketahui emas adalah hasil alam yang tidak bisa diperbaharui dan suatu saat
pasti akan habis, mayoritas masyarakat yang mulai meninggalkan pertanian dan
memfokuskan profesi pada sektor pertambangan emas membuat keterampilan dan
keahlian masyarakat dalam sektor pertanian berkurang, banyak pemuda enggan
untuk turun ke sawah karena lebih tergiur dengan emas, akan menjadi suatu
masalah jika suatu saat emas di Citorek habis dan masyarakat tidak memiliki
keahlian bertani lagi dan masyarakat akan kebingungan untuk memenuhi kebutuhan
pangan sehari hari.
Kemajuan
ekonomi yang cukup pesat karena emas membuat banyaknya bangunan permanen yang
di bangun di desa Citorek dan mulai meninggalkan bangunan asli yang menjadi
ciri khas masyarakat Citorek, jelas membuat terkikisnya nilai nilai budaya
masyarakat, bukan tidak mungkin jika suatu saat masyarakat Citorek akan acuh
tak acuh terhadap budaya Citorek.
Masalah
selanjutnya, proses pengolahan emas mentah menjadi emas siap jual yang
menggunakan berbagai macam bahan kimia yang jelas sangat tidak bersahabat
dengan lingkungan membuat tanah dan sungai di desa Citorek tercemar, bagaimana
dengan air yang masyarakat pakai untuk minum, mencuci dan mandi? Jelas sangat
berbahaya dan dampaknya mungkin baru akan dirasakan beberapa waktu kedepan,
pendapatan masyarakat yang besar tak menjamin lingkungan yang tetap lestari,
pencemaran lingkungan yang tidak dipedulikan masyarakat pasti akan merugikan
masyarakat itu sendiri kelak, ditambah lagi bunyi bising dari mesin mesin
pengolah emas yang hampir ada di setiap rumah cukup mengganggu pendengaran
karena suara bisingnya.
2.1.4 Wiraswasta
Selain dalam bidang pertanian yang merupakan penghasilan
utama dalam mata pencaharian pada masyarakat desa citorek, masyarakat
yang sebagian besar bermata pencaharian itu sebagai petani berupaya mencari
penghasilan lain dari sektor non-pertanian. Beberapa dari mereka bekerja
sebagai tukang ojek, pengrajin meubel, pedagang, usaha bengkel, dan beberapa
jenis pekerjaan lainnya. Sebagian masyarakat juga mengerjakan pekerjaan
tersebut sebagai pekerjaan sampingan. Jadi, selain dapat memenuhi kebutuhan
makan kesehariannya, petani subsisten ini memperoleh penghasilan dari pekerjaan
sampingannya di sektor non-pertanian. Bahkan, hasil kerajinan mereka tersebut
telah didistribusikan sampai ke luar Jawa, tepatnya Sumatera. Dari semua itu
dapat kita lihat bahwa terdapat persaingan yang sangat tinggi dalam hal pola
strategi nafkah yang terjadi pada masyarakat citorek.
Berdagang
salah satu pilihan alternatif selain pertanian dan pertambangan emas, dapat
dilihat persaingan yang sangat tinggi dengan mendirikan warung-warung yang
berdekatan yang pasti menimbulkan konflik laten di antara masing-masing
individu yang berusaha berdagang.
Selain
menjual kebutuhan sehari-hari seperti toko kelontong, ada beberapa masyarakat
juga yang terkena pengaruh arus modernisasi dengan menjual barang-barang yang
bermerek (branded) yang diimpor dari berbagai negara seperti merek Zoya,
Elzatta, Rabbani yang bahannya diimpor dari negara luar tetapi dibuat di
Indonesia, pakaian selain sebagai kebutuhan sekunder juga dapat sebagai semacam
prestise untuk menunjukkan gengsi seseorang.
Toko emas
pun tak luput dari strategi pola nafkah yang digeluti oleh masyarakat, sebagai
pemilik penambang emas sudah tentu menjadi penjual emas pula, bahkan potensi
penjualan emas dari Citorek sudah menyebar ke daerah-daerah sekitarnya seperti
Rangkasbitung, Leuwiliang, Antam.
Semua usaha yang dilakukan oleh mereka semata-mata hanya
untuk menambah penghasilan dan pendapatan demi penghidupan keluarganya, tetapi pertanian
tetap menjadi sektor utama mata pencaharian masyarakat desa citorek.
2.1.5 pelayanan
jasa
Pelayanan
jasa adalah sebagian dari strategi pola nafkah Desa Citorek Timur, dimana
kebanyakan pelayanan jasa yang ada di Desa Citorek yaitu sebagai pendidik, dan
pelayanan jasa lainnya seperti pembantu oyok. Misalnya mantri sunat dan paraji/amu beurang (dukun
breranak). Adapun pendidik di Desa Citorek biasanya dalam institusi formal
seperti guru sekolah. Ada yang menjadi guru di
TK, sekolah dasar atau SD dan SMP, serta SMA. Mereka adalah orang-orang
yang berpengetahuan tinggi dalam bidang akademi sehingga mereka memberikanjasa
mereka dengan menjadi pendidik bagi anak-anak dan remaja yang berada di Desa
Citorek.
Selain
pada institusi formal, pendidik juga
terdapat dalam istitusi non formal dan lebih bergerak dalam bidanga gama.
Misdalnya guru ngaji yang mengajarkan anak-anak dan remaja Desa Citorek timur
di majlis ta’lim dan mesjid-mesjid dan pondok pesantren tempat untuk
mempelajari ilmu agama. Biasanya pendidik dalam institusi nonformal ini adalah
mereka yang mengerti dalam bidang agama meskipun tidak menempuh sekolah formal.
Biasanya pendidik dalam bidanga gama in mereka yang berasal dari pondok
pesantren dari luar Desa Citorek, sehingga kembali ke Citorek dengan
mengajarkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama berada di pondok pesantren.
Selain
itu, terdapat pula pelayanan jasa seperti bengkel. Meskipun masyarakat tidak
belajar di bidang teknik mesin dan lain sebagainya. Nbamun masyarakat dapat
membuka pelayannan jasa bengkel in. dikarenakan keahlian yang mereka miliki
dalam bidang teknik mesin dan otomotif. Kini tidak hanya satu atau dua bengkel
yang berada di Desa citorek, namun sudah banyak bengkel-bengkel yang berada di
setiap Desa Citorek.
Adanya
bengkel sebagai strategi pola nafkah yang baru menjadikan masyarakat Desa
Citorek tidak kesusahan dalam hal memperbaiki kendaraan mereka. Dan bengkel ini
menjadi bukti bahwa masyarakat Desa Citorek mempunyai keahlian dan bakat yang
luar biasa meskipun mereka tidak mengenyam pendidikan.
Menurut
bapa haji Wahyu, beliau adalah salah satu masyarakat dari banyak masyarakat
Desa Citorek yang memiliki bengkel besar. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak
menempun pendidikan dalam hal teknik mesin dan otomotif, namun beliau hanya
mengikuti kursus beberapa bulan, sehingga dapat menggunakan keahlian bengkelnya
tersebut lalu dapat membukas bisnis bengkel sebagai strategi pola nafkah dan
untuk emnghidupi keluarganya.
Selain
yang sudah disebutkan di atas, Desa Citorekpun memiliki pelayanan jasa lain
seperti penjahit. Para penjahit in berawal dari hanya keahlian menjahit turun
temurun dah hanya digunakan keahliannya dalam keluarganya masing-masing saja.
Anmun sesuai perkembangan jaman dimana sudah banyaknya masyakat yang membutuhkan
jasa jahit, sehingga ada beberapa masyarakat Desa Citorek yang membuka
pelayanan jasa menjahit.
Meskipun
berasal dari bakat yang biasa, namun menjahit in dapat dikatakan sebagai pola
nafkah yang cukup menjanjikan. Karena menurut teh unik, beliau adfalah salah
satu masyarakat Desa Citorek yang membuka pelayanan jasa menjahit mengatakan
bahwa sehari bisa mencapai rp 200-500 per hari. Namun kendalanya, banyak
masyarakat yang berhutang.
Namun
meskipun begitu, pelayanan jasa menjahit masih diperlukan di Desa Citorek
karena masyarakat yang sudah bersifat terbuka terhadap modernisasi sehingga
banyak masyarakat yang berpikir untuk membuat baju sesuai dengan keinginan
mereka. Maka dari itu, penjahit cukup dibutuhkan di Desa Citorek.
2.2
Pembagian Kerja laki-laki dan perempuan di
Citorek Timur
Pembagian
kerja dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang akan selalu ada pada setiap
masyarakat dimana antara laki-laki dan perempuan mempunyai peranan
masing-masing dalam menjalankan pekerjaan. Namun, pada masyarakat Citorek khususnya
Citorek Timur perempuan lebih banyak bekerja dibandingkan dengan kaum
laki-laki. Hal tersebut menunjukan bahwa kaum laki-laki di Desa Citorek
khususnya di Citorek Timur lebih di untungkan.
Pak Ahmadi selaku tokoh masyarakat beliau
menjelaskan bahwa perempuan atau istri di Desa tersebut,dalam hal pekerjaan
mereka bekerja lebih banyak dan lebih berat dibanding kaum laki-laki, apapun
pekerjaannya baik sebagai ibu rumah tangga, PNS, bahkan pegawai pemerintah Desa
mereka juga sebagai petani, membantu suami mengolah sawah seperti tandur,menyiangi rumput, ngetem, bahkan mencangkul yang
seharusnya dilakukan oleh kaum laki-laki. Beliau mengatakan bahwa hal tersebut
merupakan bentuk pengabdian dan ketaatan perempuan atau istri terhadap kaum
laki-laki. Itu juga merupakan sesuatu yang sudah diajarkan oleh orang tua sejak
dulu bahwa perempuan harus bisa bekerja, mandiri, dan menuruti perkataan suami
disisi lain itu adalah karena unsur religiusitas dimana perempuan mengaharapkan
pahala atas pengabdiannya terhadap suami.
Secara umum, sebagain besar peran perempuan di Desa Citorek Timur
termasuk ke dalam peran tradisional. Karena masih banyak perempuan yang
menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga yang biasa dikenal dengan istilah
dapur, sumur, kasur. Yaitu dimana peran perempuan hanya memasak, mencuci dan
melayani anggota anggota keluarganya. Serta sebagian besar bekerja dalam sektor
pertanian yaitu petani. Namun, ada sebagian kecil dari perempuan Desa Citorek
Timur yang memiliki peran sosial dimana mereka telah bekerja sebagai bidan,
guru, dan wiraswasta.
Seperti yang dijelaskan bapak Ahmadi sebagai
tokoh masyarakat, pekerjaan perempuan di Desa Citorek Timur terhitung lebih
berat dimana perempuan selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus
anak, perempuannya juga bekerja di sawah untuk membantu suami bahkan mengerjakan
pekerjaan yang lebih berat seperti mencangkul, sedangkan laki-laki lebih ringan
dalam bekerja.
Pada masyarakat pedesaan, peran ganda wanita
bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri, ibu, juga harus bekerja
diluar rumah misalnya: bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja
sebagai buruh tani dan lain-lain. Karena tanpa bekerja kebutuhan untuk
kelangsungan hidup tidak akan terpenuhi. Berarti, bekerja merupakan suatu keharusan.
Pada masyarakat citorek peran laki-laki tidak
kalah penting dari peran perempuan. Dari pembahasan di atas bahwa peran ganda
yang di lakukan oleh kamu perempuan hampir sama pentingnya dengan peran
laki-laki. Karena laki-laki juga berperan aktif pada masyarakat citorek seperti
pengurusan adat, pengurusan negara atau pemerintahan, dan bekerja mencari
nafkah.
Ada beberapa profesi yang hanya bisa di
lakukan oleh kaum laki-laki di desa citorek , yaitu adalah oyok ( pemimpin adat
tertinggi ) dan jaro adat (pemimpin adat di bawah oyok) kedua profesi tersebut
sudah menjadi hukum adat yang sudah turun temurun yang di anut oleh masyarakat
citorek dan mempunyai hukum yang luar biasa pada hukum adat tersebut.
Peran laki-laki pada kasepuhan citorek lebih menonjolkan
pada perannya sebagai pengurus desa tetapi peran laki-laki tersebut juga tidak
terlepas dari kewajibannya sebagai punggung keluarga yaitu mencari nafkah untuk
istri dan keluarga.
Laki-laki di Desa Citorek banyak yang bekerja
sebagai petani, selain itu banyak pula yang bekerja di sektor pertambangan
emas, budidaya ikan mas, dan pelayanan jasa. Kurang lebih sekitar enam tahun
belakangan ini, laki-laki di Desa Citorek Timur banyak yang beralih ke
pertambangan emas karena bagi mereka menjadi penambang emas lebih menjanjikan
untuk menghasilkan ekonomi yang lebih tinggi walaupun mereka juga tetap sebagai
petani.
Karena pada masyarakat citorek menganut
sistem patriarki. Patriarki adalah
kepemimpinan dalam suatu wilayah dan kelompok di pegang atau ditanggung jawabkan
kepada pihak laki-laki. Sistem ini masih di erat dan di anut oleh masyarakat
kasepuhan desa citorek, bahkan pada sesi wawancara pada oyok (pemimpin
tertinggi adat desa) bahwa pemimpin harus dari asli mayarakat citorek dan
berasal daari kaum laki-laki itu sendiri.
Pada masyarakat citorek di kenal dengan kata
pamali yaitu semacam larangan yang di anut dan harus dipatuhi tanpa kecuali,
karena siapa saja yang melanggar pamali tersebut maka ada sesuatu yang tidak
baik terjadi pada orang tersebut bahkan keluarga mereka. Dari sinilah mengapa
kaum laki-laki yang memegang kewewenangan atas kepemimpinan pada desa citorek.
Dari situlah pada kaum perempuan “pamali”
untuk menjadi pemimpin pada masyarakat citorek. Dan pada masyarakat citorek
sebagian besar atau hampir semuanya berprofesi sebagai petani maka mereka mau
tidak mau harus bisa bertani. Oleh sebab itulah kaum perempuan memilih profesi
sebagai petani selain untuk mencari nafkah.
Disamping sebab itu dari data yang kami
terima tingkat pendidikan lebih banyak di kenyam oleh kaum laki-laki itu juga
menjadi salah satu faktor kenapa kaum laki-laki di pilih untuk menjadi pemimpin
pada desa citorek tersebut. Hal tersebut karena pada desa citorek untuk
melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi maka mereka harus keluar dari
desa citorek dan untuk melakukan hal itu kaum laki-laki mempunyai kesempatan
lebih besar karena pada kaum laki-laki mempunyai tenaga yang kuat dan faktor
dorongan yang kuat dari keluarga dan masyarakat desa citorek.
Pada masyarakat Desa Citorek khususnya
Citorek Timur bembagian kerja bagi kaum laki-laki terhitung lebih menguntungkan
dimana laki-laki hanya mengerjakan pekerjaan sesuai profesinya saja, bahkan
pekerjaannya banyak dibantu oleh sang istri atau kaum perempuan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Perekonomian merupakan hal yang penting dan
berbengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk menciptakan
kesejahteraan tersebut masyarakat khususnya masyarakat Desa Citorek Timur
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan menerapkan strategi nafkah yang
dijalankan berdasarkan nilai-nilai dan kebudayaan masyarat itu sendiri.
Strategi nafkah merupakan cara yang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan
hidup. Dalam menjalankan strategi tersebut. Masyarakat pedesaan khususnya Desa
Citorek Timur dalam memenuhi kebutuhannya memiliki perbedaan dan kekhasan
dengan Desa pada umumnya.
Dalam strategi nafkahnya masyarakat Desa
Citorek Timur mengalami beberapa perubahan akibat arus modernisasi yang sudah
menasuki wilayah pedesaan tak terkecuali Desa Citorek Timur. Namun masih ada
strategi nafkah yang masih tetap bertahan dan tetap terjaga keeksistensiannya
dkarenakan merupakan potensi utama masyarakat Desa Citorek Timur seperti
Pertanian padi.
Saran
Meskipun arus modernisasi merambah ke
pedesaan seharusnya suatu desa harus tetap bisa mempertahankan nilai-nilai
budaya dan tradisi yang sudah menjadi suatu identitas desa tersebut. Dan sudah
sepatutnya bagi kita sebagai generasi muda dapat melestarikan budaya dan
tradisi desa yang kini sudah mulai terkikis oleh arus modernisasi. Perbedaan
strategi pola nafkah masyarakat seharusnya tidak dijadikan alasan terjadinya
perpecahan atau konflik antara masyarakat satu dengan yang lainnya.
[1] Safety and health in agriculture. International
Labour Organization. 1999. ISBN 978-92-2-111517-5.
Diakses tanggal 13
September 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar