LOGIKA
BERPIKIR : Antara Keraguan & Kepastian
Menurut
Josep Morgalis (2012), keraguan dan kepastian bukan merupakan hal-hal yang
hanya dalam psikologis melainkan hal-hal yang logis dan konseptual. Kita
bertanya-tanya bukan hanya apakah keadaan mental tertentu dapat dihindari atau
diteruskan, melainkan juga apakah kepercayaan kognitif kita dapat dibenarkan
dan secara relevan dibebaskan dari tantangan. Permasalahannya, memengaruhi
secara mendalam semua usaha mausia untuk pengetahuan; dan oleh karenanya menarik
kita pada kompleksitas yang luar biasa dari hubungan antara keraguan dan
kepastian di suatu sisi, disisi lain pengetahuan dengan kepercayaan.
Manusia
selalu bertanya-tanya apakah mereka pernah berhak dapat melepaskan diri dari
keraguan atau mencapai kepastian tentang kepercayaan mereka. Josef memberikan
pandangan, ada tiga keraguan dalam filsafat yang pada akhirnya dapat memberikan
kepastian, yakni : Pertama, keraguan
psikologis dengan kepastian psikologi. Keraguan ini merupakan keadaan mental
yang berbeda, paling tidak yang secara nominal relevan terhadap suatu proposisi
yang berlaku dalam pengertian bahwa jika p
merupakan suatu proposisi yang berlaku, maka seseorang jelas ada dalam keadaan
ketidakpastian bahwa p yaitu benar,
atau dalam suatu kedaan kepercayaan yang berbeda diantara kedua ekstrem
tersebut.
Kedua,
keraguan logis dengan kepastian logis. Secara kontral merupakan apa yang
disebut keadaan logis atau fungsional,dalam pengertian dimana keadaan itutidak
perlu secara psikologis diwujudkan menjadi yang relevan secara kognitif
terhadap kepercayaan bahwa p benar. Mengasumsikan bahwa kita mempunyai
teori komprehensif dari peristiwa dan dasar-dasar yang memberikan untuk
memercayai suatu proposisi, kita seharusnya menemukan provisi dalam teori itu untuk
membenarkan keraguan dan kepastian yang berhubungan dengan kepercayaan. Jika p
benar dan diketahui benar, maka secara umum, keraguan yang tergantung pada
kebenaran dan pengetahuan akan p harus segera relevan maupun akan diangkat atau
dihentikan.
Oleh
karenanya, keraguan logis dan kepastian logismungkin merupakan kedaan pikira
bahwa dengan jangkauan teori kita akan pengetahuan, secara relevan tergantung
pada kebenaran suatu proposisi atau keberdirian suatu perantara yang dinyatakan
benar tanpa bukti mengetahui atau jelas memercayai proposisi itu. Oleh karena
itu, dengan jelas keraguan psikologis secara kognitif relevan jika dan hanya
jika keraguan itu ungkapan dari keadaan dari keraguan logis.(penyesuaia
diperlukan, sebagai yang akan kita lihat, untuk kepastian)
Ketiga,
kerguan empiris dengan kepastian empiris. Paham ini memaknakan bahwa kebenaran
dari suatu proposisi aritmetik, misalnya 8+7=15 yang kita kira pasti benar,
juga tidak untuk mengatakan bahwa teori kognitif hanya berhubungan dengan menghilangkan
keraguan empiris atau mencapai kepastian
empiris. Karena sepenuhnya mungkin bahwa keraaguan logis bisa diformulasikan
bahwa tidak ada manusia perantara yang sesungguhnya merupakan ungkapan darinya
seperti keraguan empiris, atau sesungguhya merupakan ungkapan darinya dalam suatu interval waktu
yang ada.
Akan
tetapi, untuk kembali pada pembedaan keadaan empiris dari kerguan dan
kepastian, kita harus mengakui sesuatu ketidaksimetrisan berkenaan dengan
jangkauan konsep pokok dari keraguan dan kepastian. Didasarkan pada kenyataan
itu, terpaksa mengharuskan kita mengadopsi keeraguan itu sebagai suatu
perantara rasional menuju kepastian.
Mukhtar
latif. 2013. Filsafat Imu. Jakarta:
KENCANA hlm.272
Tidak ada komentar:
Posting Komentar