Kearifan lokal adalah suatu kegiatan atau
budaya yang terdapat pada suatu tempat, masyarakat pada suatu tempat tersebut
meyakini dan melakukan apa yang menjadi hal yang sudah turun-temurun. Kearifan
lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia, karena itu kearifan
lokal dan budaya adalah hal yang saling berkaitan seperti tadi kearifan lokal
yang ada dibanten salah satunya budaya ngariung yang ada di desa ciwaru earifan
lokal dapat disambungkan dengan budaya atau adat istiadat. Kearifan lokal juga
terbentuk akibat proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam
rangka memenuhi berbagai kebutuhannya. Sedangkan budaya terbentuk dari berbagai
unsur termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, dan karya sastra
seni. Kearifan lokal daerah yang satu dengan yang satunya lagi pasti mempunyai
perbedaan dan didalamnya terdapat berbagai norma dan nilai religious tertentu.
Di desa ciwaru budaya ngariung dilakukan
dengan cara yang unik dan dilakukan sangat sering dengan hantaran atau
menghantarkan makanan di tetangga-tetangga dan ngariung sebelum bulan puasa
juga ada, yang paling unik adalah ngariung ketika memperingati maulid nabi
ketika itu para laki-laki akan tampil di depan panggung dan bershalawatan
dengan kompak sambil di iringi rabana dan kemudian ngariung sambil bershalawat
tadi oleh para laki-laki, sedangkan para ibu-ibu diberi tugas untuk masak
babarengan atau masak secara bersama-sama untuk menyajikan makanan kepada para
laki-laki dan kyainya. Dari saya tinggal di desa ciwaru saya sudah melihat
kejadian-kejadian dari budaya ngariung ini oleh sebab itu saya mengangkat tema
budaya ngariung itu sendiri karena memang unik dan ketika malam jum’at ada
ngariung juga dimana laki-laki ngariung dengan membawa makanan seperti
lauk-pauk atau maknan ringan dari rumah dan dibawa ke mushola yang kemudian di
acak maknan tersebut dan dibagikan lagi secara tukar menukar esensi dari
kegiatan ngariung ini adalah mendoakan sanak saudara yang sudah meningga
terlebih dahulu dan berkepercayaan bahwa makanan apa yang kita bawa akan di
cicipi juga oleh nenek moyang kita yang ikut ngariung setelah proses ngariung
tersebut selelsai kemudian di sambung dengan marhabanan, setelah selesai
marhabanan barulah para laki-laki memakan apa yang sudah diatur oleh sesepuh
atau orang yang mengatur atau mengacak makanan tersebut. Yang kemudian dimakan
secara bersama-sama atau ada juga yang dibawa pulang untuk diikut sertakan anak
istrinya memakannya juga karena barokah.
Adat tersebut sudah berlangsung secara lama
dan kalau ada yang tidak melaksanakan adat tersebut maka orang itu akan
dikucilkan dan dihina karena dianggap tidak menghormati adat istiadat demikian
penuturan dari ibu kartika, sehingga mau tidak mau warga harus menuruti adat
tersebut. Akibat adanya budaya seperti ini masa depan anak muda desa ciwaru
juga menjadi suram karena kebanyakan anak mudanya banyak yang nganggur dan
bekerja sebagai tukang ojeg serta banyak yang menikah muda akibat tidak sekolah
dan tidak bekerja, memang aneh karena dari adat dapat mempengaruhi dari
keseluruhan kepribadian individu itu sendiri karena akibat itu semua anak
bangsa banyak yang menjadi suram masa depannya. Akan tetapi ada juga adat yang
indah dan tanpa merusak estetika pendidikan dan adat itu sendiri harus ada
keluwesan dari sesepuh dalam menyalurkan wawasan pendidikan dan membiarkan anak
muda mengenyam pendidikan agar adatnya juga dilestarikan dan dikembangkan
secara unik serta membuat nama desa menjadi sahaja dan bangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar