Masyarakat Jawa secara geografis meliputi wilayah Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Surakarta adalah sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kedua daerah tersebut
sampai sekarang masih dibawah pemerintahan Mangkunegara (Solo) dan Sultan
Hamengkubuwono (Yogyakarta).
Masyarakat
Jawa mayoritas beragama Islam. Interaksi antara adat Jawa dan Islam masih
kental,sehingga antara upacara perkawinan di Jawa, lebih banyak di dominasi
oleh adat Jawa, sedangkan prosesi akad nikah, yakni ijab dan Qabul lebih
didominasi oleh agama Islam.
Jodoh
adalah pasangan suami isteri, mencari jodoh berarti mencari calon pasangan sebagai
suami-isteri. Sudah menjadi Sunatullah bahwa segala sesuatu
diciptakan Tuhan berpasang-pasangan, begitupun manusia dijadikan Tuhan dari dua
jenis laki-laki dan perempuan.
Memilih jodoh versi jawa
Konsep
memilih jodoh menurut Empu Brojodiningrat
konsultan Pawukon Radya Pustaka ada
tiga hal : a. Sak bobot, b. Sak traju, c. Sak timbangan. Sak bobot artinya pasangan
suami-isteri, satu level, satu kelas, baik dalam status sosial, harta maupun
pendidikannya. Sak traju artinya sak pundak, sak dedek, maksudnya” dedek piadege”
serasi, seimbang, waktu berjalan bersama tampak harmonis. Sak timbangan artinya
mempunyai keseimbangan dalam hal derajat, pangkat, pemikiran.
Pertimbangan
untuk memilih calon suami yang ideal harus mampu : Hangayomi, Hangayemi dan
Hanyayangi. Hangayomi artinya mampu melindungi keluarga dari rintangan dan
kesukaran hidup dalam keluarga. Dia mampu melindungi keluarga dari rintangan
dan kesukaran hidup dalam keluarga, dia tempat berlindung dan bergantung. Hangayemi
artinya membuat suasana tenang dan tenteram, sehingga kehidupan rumahtangga menjadi
bahagia. Hanyayangi berarti sanggup dan mampu memberi nafkah kepada istri dan
keluarganya. Sedangkan pertimbangan untuk memilih calon istri yang baik adalah
: Mugen, Tegen, dan Rigen. Mugen artinya tidak seri
ng
meninggalkan rumah kalau tidak perlu, kalau senang ketetangga ngobrol ini
namanya tidak
mugen,
hal ini dapat berakibat munculnya persoalan keluarga. Tegen adalah suka bekerja
dan mau mengerjakan semua pekerjaan orang perempuan dengan baik seperti, mengasuh
anak, memasak, mengatur lingkungan, rumahtangga dan sebagainya.Rigen adalah pandai
mengelola(ngecakake nafkah) yang diberikan oleh suami. Meskipun penghasilan
suami tidak banyak, tetapi dapat mengatur kebutuhan rumah tangganya.
Sudarto, Makna Filosofi BOBOT,
BIBIT, BEBET ... h. 40
Ibid, h. 41-42
Njeehh...
BalasHapusSae-sae..
��