Untuk
mengerti arti dan posisi filosofi agama, dalam konteks ilmu-ilmu agama, dimulai
dengan mempelajari dan memahami serta memilih beberapa dasar dasariah tentang
filosofi agama. Terdapat bermacam-macam ilmu agama, fenomenologi agama, psikologi
agama, sosiologi agama, dan juga teologi dalam arti spesifiknya. Pendeknya,
tiap kali filosofi agama dikaitkan, dengan suatu studi reflektif dan metodis,
berdasarkan beberapa prinsip ilmiah mengenai fenomena sesuatu yang terjadi, itu
disebut agama atau dimensi religius. Berbicara mengenai agama, disitu pasti
inheren keberadaan manusia dan dalam konteks itu juga, ada ilmu agama dalam
arti luas. Dalam memahami kondisi tersebut, akan membutuhkan filsafat agama,
karena filsafat agama, seperti semua bagian lain dari filsafat adalah suatu
studi reflektif dan metodis, sistematis sampai batas tertentu mengenai agama.
Dewasa
ini, pada umumnya, ilmu-ilmu agama dalam arti sempitnya diberi suatu arti yang
berbeda sedikit dengan yang dikatakan diatas. Disini, masuk suatu norma atau
kriteria lain secara metodologis ilmu-ilmu agama tidak boleh menentukan apakah
agama ini atau itu benar atau tidak, rasional atau tidak, ilmu-ilmu agama harus
tinggal dalam bidang deskriptif fenomenologis, tanpa evaluasi ontologis, nilai
terakhir dari kebenaran objektif agama tidak masuk dalam batas-batas
metodologis ilmu-ilmu agama sebagaimana dipahami dewasa ini. Filosofi agama,
sebaliknya bercita-cita membicarakan masalaha nilai, kebenaran, rasionalitas
atau tidak rasional dari agama memang sulit untuk mencapai semacam keputusan
mengenai pernyataan-pernyataan fundamental dari agama. Oleh sebab itu, filosofi
agama dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya dalam arti kontemporer.
Masih
tinggal suatu presisi yang harus ditentukan apakah filosofi dan filosofi
ketuhanan bisa disamakan satu sama lain? Sampai batas tertentu, ya, karena
Tuhan adalah pokok yang terpenting dari agama-agama besar yang monotheis.
Tetapi, secara teoritis, filosofi agama menyangkut juga tema-tema lain daripada
Tuhan, misalnya doa-doa, moralitas religious dan lain-lain. Namun, karena tema
Tuhan begitu penting, terutama dalam iklim atheis pada zaman ini, sehingga
beberapa filsuf dan teolog tidak ragu mengidentifikasikan filosofi agama dengan
filosofi ketuhanan.
Penelaahan
tentang Allah dalam filsafat, sering disebut teologi kodrati dan juga teodise,
terutama waktu lampau, sebelum terjadinya pembaharuan, dan dalam konteks itu,
yang ditelaah adalah Allah sebagaimana dikenal oleh akal yang disebut
“kodrati”. Dengan demikian, teologi kodrati berbeda dengan teologi adikodrati
atau suci, yang dasarnya dalah wahyu yang disampaikan kepada umat manusia dalam
iman kepercayaan.
(dari
buku Filsafat Ilmu, Erliana hasan h.80)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar