Selasa, 27 Desember 2016

Filosofi Agama




Untuk mengerti arti dan posisi filosofi agama, dalam konteks ilmu-ilmu agama, dimulai dengan mempelajari dan memahami serta memilih beberapa dasar dasariah tentang filosofi agama. Terdapat bermacam-macam ilmu agama, fenomenologi agama, psikologi agama, sosiologi agama, dan juga teologi dalam arti spesifiknya. Pendeknya, tiap kali filosofi agama dikaitkan, dengan suatu studi reflektif dan metodis, berdasarkan beberapa prinsip ilmiah mengenai fenomena sesuatu yang terjadi, itu disebut agama atau dimensi religius. Berbicara mengenai agama, disitu pasti inheren keberadaan manusia dan dalam konteks itu juga, ada ilmu agama dalam arti luas. Dalam memahami kondisi tersebut, akan membutuhkan filsafat agama, karena filsafat agama, seperti semua bagian lain dari filsafat adalah suatu studi reflektif dan metodis, sistematis sampai batas tertentu mengenai agama.
     Dewasa ini, pada umumnya, ilmu-ilmu agama dalam arti sempitnya diberi suatu arti yang berbeda sedikit dengan yang dikatakan diatas. Disini, masuk suatu norma atau kriteria lain secara metodologis ilmu-ilmu agama tidak boleh menentukan apakah agama ini atau itu benar atau tidak, rasional atau tidak, ilmu-ilmu agama harus tinggal dalam bidang deskriptif fenomenologis, tanpa evaluasi ontologis, nilai terakhir dari kebenaran objektif agama tidak masuk dalam batas-batas metodologis ilmu-ilmu agama sebagaimana dipahami dewasa ini. Filosofi agama, sebaliknya bercita-cita membicarakan masalaha nilai, kebenaran, rasionalitas atau tidak rasional dari agama memang sulit untuk mencapai semacam keputusan mengenai pernyataan-pernyataan fundamental dari agama. Oleh sebab itu, filosofi agama dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya dalam arti kontemporer.
    Masih tinggal suatu presisi yang harus ditentukan apakah filosofi dan filosofi ketuhanan bisa disamakan satu sama lain? Sampai batas tertentu, ya, karena Tuhan adalah pokok yang terpenting dari agama-agama besar yang monotheis. Tetapi, secara teoritis, filosofi agama menyangkut juga tema-tema lain daripada Tuhan, misalnya doa-doa, moralitas religious dan lain-lain. Namun, karena tema Tuhan begitu penting, terutama dalam iklim atheis pada zaman ini, sehingga beberapa filsuf dan teolog tidak ragu mengidentifikasikan filosofi agama dengan filosofi ketuhanan.
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat, sering disebut teologi kodrati dan juga teodise, terutama waktu lampau, sebelum terjadinya pembaharuan, dan dalam konteks itu, yang ditelaah adalah Allah sebagaimana dikenal oleh akal yang disebut “kodrati”. Dengan demikian, teologi kodrati berbeda dengan teologi adikodrati atau suci, yang dasarnya dalah wahyu yang disampaikan kepada umat manusia dalam iman kepercayaan.
(dari buku Filsafat Ilmu, Erliana hasan h.80)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar