Rabu, 21 Desember 2016

Judul buku : Gunungan, Nilai-Nilai Filsafat Jawa



Hasil gambar untuk gunungan
Bentuk gunungan yang khas dan unik pada dasarnya mempunyai tiga sudut, mempunyai makna bahwa proses kehidupan saya sebagai manusia  berlangsung dalam tiga tahap (purwamadya-wusana) artinya awal, pertengahan, akhir. Yakni dari keadaan saya ‘tidak ada’ kemudian menjadi ‘ada’ dan saya akan berakhir dengan ‘ketiadaan’. Pada dasarnya wayang gunungan’kayon’ menyiratkan arti hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya.
Kehidupan saya seperti layaknya sebuah pementasan wayang, dimana dalam sebuah pementasan ada seorang dalang yang mengatur para wayangnya. Dalam pementasan wayang kulit purwa di Jawa, gunungan menjadi sebuah lambang kehidupan dimana saat gunungan ditancapkan itulah berarti kehidupan wayang dimulai. Dan ketika gunungan dicabut dan di tancapkan ke tempat yang lain berarti kehidupan sebelumnya berakhir dan digantikan dengan kehidupan yang baru.
Saya hidup di dunia dengan berbagai problematika kehidupan, seperti layaknya wayang saya seorang manusia yang menjalankan sebuah kehendak dzat yang luar biasa, yang maha agung yang sudah mengatur kehidupan saya yakni Tuhan saya yaitu Allah. Kapan saatnya saya dihidupkan dan berakhirpun dan digantikan kehidupan yang baru ada pada kehendak dalang kehidupan manusia. Dari bahasan buku ini menggambarkan sebuah asal-usul hidup, tujuan hidup dan lambang gunungan sebagai nilai-nilai kehidupan masyarakat Jawa yang sejalan dengan kehidupan saya sebagai manusia.
Buku filsafat jawa yang ditulis Agus Purwoko ini memang diambil dari makna kehidupan yang dianut oleh masyarakat jawa dimana masyarakat jawa lebih mengutamakan pada keselarasan sebuah kehidupan. Keselarasan hidup tersebut berkaitan dengan kepercayaan dan keagamaan yang dikaitkan dengan kebudayaan yang berkembang. Dalam hal ini yakni budaya perwayangan yang berkembang di daerah jawa. Perwayangan yang menggambarkan kehidupan ini dijadikan sebagai landasan tingkah laku serta sikap yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Saya lebih cenderung setuju dan berpihak pada buku yang ditulis Agus Purwoko ini karena buku ini mengulas dan mengaitkan tentang kebudayaan lokal, Agama dan kepercayaan masyarakat jawa yang memang mendukung keselarasan hidup masyarakatnya. Meskipun saya bukan berdarah jawa dan bukan penganut kebudayaan jawa tetapi makna hidup masyarakat jawa yang diambil dari kebudayaan wayang purba ini menggambarkan arti bahwa memang dalam kehidupan ada dalang yang mengatur dan manusia hanya menjalankan kehendaknya. Mengenai makna yang terkandung dalam bentuk wayang kulit purba bahwa manusia berasal dari keadaan tidak ada kemudian ada, dan berakhir dengan ketiadaan, hal tersebut menyiratkan pesan bahwa dalam hidup manusia harus melewati fase-fase kehidupan.
Hidup harus dimanfaatkan sebaik mungkin, karena manusia tidak ada yang tau kapan waktunya kita berakhir dan digantikan dengan kehidupan yang baru. Kebudayaan jawa yang sangat kental dengan nilai-nilai keagamaan membuat orang yang meyakininya terkonsep dalam segala bidang kehidupannya untuk mencapai kehidupan abadi selanjutnya yang bahagia. Kekuatan diluar diri manusia akan senantiasa menerapkan kehendaknya, namun sebagai manusia kita hendaknya berusaha melakukan apa yang sekiranya bisa dilakukan untuk mencapai keharmonisan dan keselarasan hidup.
Adapun kelebihan buku filsafat jawa Agus Purwoko ini adalah buku tersebut membahas secara lengkap dan menyeluruh berkaitan dengan pedoman hidup masyarakat jawa yang dilambangkan dengan gunungan wayang purba. Rangkaian kata-katanya pun menarik untuk dibaca, selain itu sub-sub judul yang dijelaskan hanya sesuatu yang berkaitan erat dengan pembahasan inti yang dijelaskan. Namun, dalam buku ini terdapat banyak istilah-istilah jawa yang sukar di mengerti oleh masyarakat luar jawa yang membaca buku ini.

1 komentar:

  1. Semoga dibaca, lalu dibalas. Saya sedang mencari makna dari gambar gunungan yang dilampirkan. Kalau boleh tahu, siapa yang pertama membuat desain gunungan tersebut? Agar saya bisa menanyakan makna dari gunungan tersebut. Terima kasih

    BalasHapus