Yang
ada dan yang tiada dipahami sebagai ciri paling umum yang dimiliki
sesuatu. Istilah-istilah “ada” boleh
dikatakan senantiasa menunjuk pada suatu ciir yang merekat pada apa saja bahkan
pada segala sesuatu. Oleh karena itu, ia merupakan pengertian paling umum dan
paling bersahaja dari sifat-sifat manapun juga adanya sifat tersebut tidaklah
menyebabkan barang yang satu berbeda dengan barang yang lain. Ini berlainan
dengan apabila kita menerapkan kata-kata sifat yang lain. Penerapan pengertian
‘ada’ seakan-akan mempersatukan segala sesuatu yang ada dengan yang jalan
menunjukan suatu ciri yang sepenuhnya sama yang dipunyai oleh segala sesuatu
tadi. Tanpa sifat ‘ada’, tidak mungkin ada sesuatu yang bereksistensi, bahkan
tidak mungkin ada sesuatu yang dipikirkan. Karena “ada” merupakan sifat yang
paling mendalam dan yang paling bersahaja, maka kata tersebut tidak dapat
dilacak balik atau dipulangkan, sampai kepada sifat-sifat lain yang lebih
dalam.
Karena
itu, salahsatu cara untuk mengenal maknanya ialah dengan jalan menghubungkannya
dengan ciri-ciri khas yang lain atau menetapkan ukuran tersebut bagi
penerapnya. Cara yang lain lagi ialah dengan cara menggambarkan dan mengadakan
klasifikasi atas pelbagai jenis hal yang dapat diterapi predikat tersebut.
Tetapi, dengan demikian, berarti meliputi segenap kenyataan yang ada, yaitu
‘yang sugguh ada’ (actual) dan ‘yang
mungkin ada’ (possible), dan
sehubungan dengan itu, Aristoteles memberikan definisi kepada metafisika
sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada sebagai yang ada.
(dari
buku Filsafat Ilmu, Erliana hasan, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar