Menyinggung
pandangan Hume dalam buku “Filsafat Barat” dari logika baru Rene
Descartes hingga revolusi sains ala Thomas Kuhn yang menyatakan bahwa tiada
bukti bahwa jiwa tidak dapat mati. Hal tersebut terdapat pertentangan Louis
Leahy dalam buku yang ditulis oleh Erliana Hasan mengenai Filsafat Ilmu, salah
satu kutipannya adalah “manusia itu merupakan mahluk yang tidak pernah menerima
kematian dirinya sendiri sebagai suatu kejadian yang normal. Mengapa dia
menolak siklus perputaran hidup tertutup itu, yang mulai dengan kelahiran dan
berakhir dengan kematian? Mengapa, bagi makhluk manusia itu dimana-mana dan di
segala zaman hidup selalu Nampak terlalu singkat? Mengapa kematian tidak dapat
diterima sebagai Sesuatu yang normal dan biasa? Jawabannya adalah karena di
dalam diri manusia ada benih keabadian”.
Di
dalam diri manusia tertanam benih kehidupan kekal sehingga tujuan kehidupan
manusia adalah demi suatu kehidupan yang abadi dan kekal. Bahwa setelah
kehancuran tubuh fisik manusia, maka perpisahan terhadap kehidupan diyakini
tetap merupakan kehidupan yang bukannya berakhir, melainkan tetap berlanjut,
dan jiwalah yang berperan dalam hal ini (Leahy, 1998,103). Disini lah perbedaan
pandangan Hume yang berpendapat tidak mempercayai bahwa jiwa masih tetap hidup
ketika tubuh mati, sedangkan menurut Leahy berpendapat bahwa jiwa akan tetap
hidup di alam keabadian setelah tubuh manusia mengalami kematian.
Jiwa
tidak dapat disentuh dan dilihat dengan mata telanjang melainkan jiwa hanya
dapat dirasakan oleh seseorang yang dititipkan jiwa tersebut. Jiwa terdapat
dalam sebuah raga manusia yang berperan ketika tubuh manusia mencapai titik
kematian dan kehancuran. Manusia dalam kehidupan yang dijalankannya mencoba
memanfaatkan sebaik mungkin dan menginginkan kebahagiaan yang abadi walaupun
tahu dan sadar bahwa manusia akan terlibat dan mengalami sebuah siklus
perputaran hidup dimana manusia berawal dari kelahiran dan berakhir dengan
kematian. Dalam hal ini yang akan mengalami siklus perputaran hidup adalah raga
manusia, bukan jiwa. Karena manusia percaya bahwa jiwa bersifat abadi, itulah
mengapa manusia mengharap untuk memperoleh kehidupan bahagia yang abadi yang
akan diperankan oleh jiwa.
Selain
pernyataan Leahy tersebut bertentangan dengan pernyataan Hume dalam buku
Filsafat Barat, pandangan Leahy juga justru mendukung pandangan Agus Purwoko
dalam buku Filsafat Jawa yang berbicara mengenai siklus kehidupan manusia yang
berawal dari keadaan tidak ada, kemudian ada dan berakhir dengan ketiadaan.
Leahy juga mengatakan bahwa kehidupan manusia merupakan siklus yang berputar
yang diawali dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian. Siklus kehidupan
bukan sekedar teori, semua pasti meyakini dan mempercayainya karena siklus
kehidupan akan selalu terjadi dan terbukti. Tiada kehidupan yang abadi, yang
ada hanyalah harapan memperoleh kebahagiaan yang abadi pada alam yang hakiki.
Kelebihan
buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan yang ditulis
Erliana Hasan ini terdapat tuisan-tulisan yang menarik saya untuk membacanya
yakni terdapat pembahasan mengenai filosofi kehidupan, filosofi takdir,
filosofi takdir, filosofi perjuangan filosofi agama dan filosofi kematian. Di
dalam pembahasan diatas tersebut terdapat kutipan-kutipan yang memperdebatkan
dan mempertentangkan keberadaan Allah berdasar atas pemikiran para ahli seperti
Louis Leahy, Thomas Aquinas, Epikuros, Wiesel serta Roger Ikor dalam kutipan
pada karyanya masing-masing. Kekurangan buku ini menurut saya sebagai pembaca
adalah terletak pada kuantitas materi pembahasan yang lebih banyak membahas
mengenai filsafat ilmu yang dituliskan dalam Sembilan bab disbanding pembahasan
mengenai metodologi penelitian ilmu pemerintah yang hanya dituliskan dalam satu
bab oleh penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar