Rabu, 21 Desember 2016

Jiwa dan Keabadian dalam buku : Filsafat Ilmu Penulis : Erliana Hasan



Hasil gambar untuk jiwa dan keabadian
Menyinggung pandangan Hume dalam buku “Filsafat Barat” dari logika baru Rene Descartes hingga revolusi sains ala Thomas Kuhn yang menyatakan bahwa tiada bukti bahwa jiwa tidak dapat mati. Hal tersebut terdapat pertentangan Louis Leahy dalam buku yang ditulis oleh Erliana Hasan mengenai Filsafat Ilmu, salah satu kutipannya adalah “manusia itu merupakan mahluk yang tidak pernah menerima kematian dirinya sendiri sebagai suatu kejadian yang normal. Mengapa dia menolak siklus perputaran hidup tertutup itu, yang mulai dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian? Mengapa, bagi makhluk manusia itu dimana-mana dan di segala zaman hidup selalu Nampak terlalu singkat? Mengapa kematian tidak dapat diterima sebagai Sesuatu yang normal dan biasa? Jawabannya adalah karena di dalam diri manusia ada benih keabadian”.
Di dalam diri manusia tertanam benih kehidupan kekal sehingga tujuan kehidupan manusia adalah demi suatu kehidupan yang abadi dan kekal. Bahwa setelah kehancuran tubuh fisik manusia, maka perpisahan terhadap kehidupan diyakini tetap merupakan kehidupan yang bukannya berakhir, melainkan tetap berlanjut, dan jiwalah yang berperan dalam hal ini (Leahy, 1998,103). Disini lah perbedaan pandangan Hume yang berpendapat tidak mempercayai bahwa jiwa masih tetap hidup ketika tubuh mati, sedangkan menurut Leahy berpendapat bahwa jiwa akan tetap hidup di alam keabadian setelah tubuh manusia mengalami kematian.
Jiwa tidak dapat disentuh dan dilihat dengan mata telanjang melainkan jiwa hanya dapat dirasakan oleh seseorang yang dititipkan jiwa tersebut. Jiwa terdapat dalam sebuah raga manusia yang berperan ketika tubuh manusia mencapai titik kematian dan kehancuran. Manusia dalam kehidupan yang dijalankannya mencoba memanfaatkan sebaik mungkin dan menginginkan kebahagiaan yang abadi walaupun tahu dan sadar bahwa manusia akan terlibat dan mengalami sebuah siklus perputaran hidup dimana manusia berawal dari kelahiran dan berakhir dengan kematian. Dalam hal ini yang akan mengalami siklus perputaran hidup adalah raga manusia, bukan jiwa. Karena manusia percaya bahwa jiwa bersifat abadi, itulah mengapa manusia mengharap untuk memperoleh kehidupan bahagia yang abadi yang akan diperankan oleh jiwa.
Selain pernyataan Leahy tersebut bertentangan dengan pernyataan Hume dalam buku Filsafat Barat, pandangan Leahy juga justru mendukung pandangan Agus Purwoko dalam buku Filsafat Jawa yang berbicara mengenai siklus kehidupan manusia yang berawal dari keadaan tidak ada, kemudian ada dan berakhir dengan ketiadaan. Leahy juga mengatakan bahwa kehidupan manusia merupakan siklus yang berputar yang diawali dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian. Siklus kehidupan bukan sekedar teori, semua pasti meyakini dan mempercayainya karena siklus kehidupan akan selalu terjadi dan terbukti. Tiada kehidupan yang abadi, yang ada hanyalah harapan memperoleh kebahagiaan yang abadi pada alam yang hakiki.
Kelebihan buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan yang ditulis Erliana Hasan ini terdapat tuisan-tulisan yang menarik saya untuk membacanya yakni terdapat pembahasan mengenai filosofi kehidupan, filosofi takdir, filosofi takdir, filosofi perjuangan filosofi agama dan filosofi kematian. Di dalam pembahasan diatas tersebut terdapat kutipan-kutipan yang memperdebatkan dan mempertentangkan keberadaan Allah berdasar atas pemikiran para ahli seperti Louis Leahy, Thomas Aquinas, Epikuros, Wiesel serta Roger Ikor dalam kutipan pada karyanya masing-masing. Kekurangan buku ini menurut saya sebagai pembaca adalah terletak pada kuantitas materi pembahasan yang lebih banyak membahas mengenai filsafat ilmu yang dituliskan dalam Sembilan bab disbanding pembahasan mengenai metodologi penelitian ilmu pemerintah yang hanya dituliskan dalam satu bab oleh penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar